Seminar Akbar “Mitigasi Self Harm pada Anak Usia Sekolah ” di HUT PGRI ke-78 Oleh Ketua dan Sekretaris PGRI Bersama Pj Bupati 

Seminar Akbar “Mitigasi Self Harm pada Anak Usia Sekolah ” di HUT PGRI ke-78 Oleh Ketua dan Sekretaris PGRI Bersama Pj Bupati

Magetan , Ramahpublik. com-Dalam Rangka HUT PGRI ke-78 Ketua dan Sekretaris PGRI Bersama Pj Bupati Mengadakan Seminar Akbar ” Mitigasi Self Harm pada Anak Usia Sekolah”

Pemateri oleh Ketua TP PKK Propinsi Arumi Backsin, SH, Ketua PGRI Propinsi Dr. DJoko Adi Waluyo, ST, MM, DBA, Perwakilan Kapolres Magetan AKBP Satria Permana diwakili Kasat reskrim Polres Magetan AKP Angga Perdana SIK MIK, Fasilitator Penguatan Pendidikan Karakter dari Kemendikbud Setiyo Iswoyo.

Seminar Akbar dihadiri Pj Bupati Magetan Ir. Herguna di, SE, Kadispora Magetan Drs. Suwata, MPd , Ketua PGRI Kabupaten Magetan Sundarto, S.Pd. SH. M.Hum, Sekretaris PGRI Joko Purnomo, SPd peserta seminar akbar guru se-Kabupaten Magetan, bertempat di GOR Ki Mageti, Sabtu (23/12/2023) pukul 08.00 Wib.

Ketua PGRI Magetan Sundarto, S.Pd. SH. M.Hum, Sekretaris PGRI Joko Purnomo, SPd Menerangkan, 3250 peserta guru se-Kabupaten Magetan. Selanjutnya juga akan digelar

Besok Drumband, Dengan seminar ini semoga seluruh guru bisa menyerap aspirasi dan inspirasi dari para narasumber sehingga dalam Kurikulum merdeka ini Self harm di Magetan yang tercatat ada 701 ini bisa dicegah dengan kerjasama dari Guru, Psikiater dan dilingkungan keluarga, sehingga masa depan anak didik kita dan generasi emas bisa terjaga SDM dan kesehatan fisik dan mentalnya, Hidup Guru!, Hidup PGRi! Solidaritas Yes! ” terangnya.

Pemateri dari Kasat reskrim Polres Magetan AKP Angga Perdana SIK MIK, ” Self harm menyakiti diri sendiri tanda penanganannya mencubit, menjambak, memukul, menggigit, silet diri sendiri kebanyakan SMP di Magetan ini, anak dibawah 18 thn, kemungkinan dewasa, dimana lebih introvert amarah, emosi, cerita dengan siapa tidak tahu, permasalahan kekerasan antar pertemanan , percintaan, mau crita ke siapa gk tau akhirnya menyakiti diri sendiri, sering remaja dan dewasa muda, emosi dan perasaan sulit, tekanan psikologis, rasa kesepian, kebingungan yang kita miliki, masuk wilayah magetan unit perempuan anak di Magetan ini, laporan self harm viral di tik tok, 

Sekitar 701 terindikasi melakukan self harm, pengaruh dari medsos, pengawas tindakan meniru bukan anak introvert tapi meniru, bekas ditangan dilihat pengen punya melakukan hal tersebut ada yang bukan psikologis tapi ngetren,

Rekan guru berhadapan langsung dengan murid disekolahan perkembangan sosial dari pergaulan antar anak di sekolah 1 tingkat dibawah/atas, sebagai wali kelas mengerti basic kehidupan di rumah basic orang tua seperti apa, hal tidak wajar dilakukan oleh anak, koordinasikan, tanda self harm belas sayatan harus lakukan konseling dari dinas terkait ajak melakukan penanganan tandanya ada fisik/psikologis, sayatan luka, kehilangan motivasi hilang percaya diri,

Pengobatan ke psikologi, psikiater, guru menangani terlebih dahulu , sulit menemukan bantuan profesional, pencegahan terapi, olah raga sit up, boxing, ekstra kurikuler, pendidikan, meningkatkan iman dan takwa siswa , anak tingkah laku perhatian, semangat, tauladan, ektra kurikuler sekolah, razia menghindari hal barang sajam, pengecekan HP, dari medsos kontrol disekolah oleh pihak guru metode trauma healing,

Polres pendampingan kegiatan pihak sekolah dari pemda lakukan trauma healing anak korban self harm, sosialisasi di sekolah , pendampingan psikologis. ” Terangnya.

Tema ” Mitigasi Self Harm Pada Anak Usia Sekolah ” merupakan pesan yang terus digaungkan dalam rangka membangun kepekaan dan kepedulian siswa terhadap sesama serta meneguhkan kebiasaan bersikap baik dalam perkataan dan tindakan.

Setiyo iswoyo dari Kemendikbud menambahkan,”Sekelompok Anak Sekolah SMP diberi kata cerdas akan mengerjakan soal mudah , sekelompok diberi kata berusaha keras akan lebih mengerjakan soal sulit ,jadi

Asah, asih, asuh, terapkan disiplin positif ngedepankan dialog, sambungkan koneksi dengan anak, lingkungan sekolah yang memotifikasi, agar anak bisa menerapkan Kurikulum belajar Merdeka dengan nyaman dan menjadi penerus bangsa sebagai generasi emas, ” Pungkasnya.(Adi kurnia/Adv)