Kebijaksaan dan Ketegasan Kasau Dalam Menghadapi Isu Tentang TNI AU dalam Membangun Kerjasama Nasional dan Internasional  

Kasau TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo

Magetan, Ramah Publik. com -KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo, Tokoh Indonesia Kedua Menerima Legion of Merit dari Pemerintah Amerika Serikat

Kunker KSAU di Lanud Sultan Hasanuddin, Dari Rencana Akuisisi 25 Radar Hingga Optimalisasi Intelud

Pengiriman personel untuk mengikuti pendidikan dilakukan di semua lini. Dari tingkat taktis hingga strategis, maupun akademis sampai pada tingkatan yang tinggi doktoral dan sebagainya.

Juga kita menyiapkan Angkatan Udara untuk mampu beroperasi atau melaksanakan operasi atau latihan bersama negara tetangga. Mampu dalam arti kita punya prosedur yang standar, melaksanakan taktik yang sama dengan mereka dan mampu melaksanakan operasi bersama. (Untuk hal ini, KSAU memuji peningkatan kemampuan para penerbang dalam melaksanakan operasi atau latihan bersama negara lain. Menurut Fadjar, penerbang TNI AU sudah satu bahasa dengan mereka. Ditambahkannya, kemampuan ini tidaklah mudah diraih dan sudah dibuktikan para penerbang TNI AU dalam latihan Pitch Black. Kedepannya, Fadjar berharap TNI AU juga terlibat dalam delivery dan FWIC).

Saya tidak lagi mengirim adik-adik saya latihan bersama (Latma dengan negara sahabat) untuk belajar, akan tetapi adalah untuk memperdalam (Fadjar menganggap bahwa kemampuan para penerbang tempur TNI AU sudah setara dengan negara sahabat). Belajar adalah tanggung jawab kita di dalam negeri, tapi memperdalam adalah kesempatan saat mereka ke luar negeri atau latihan bersama dengan negara tetangga.

Itulah sekilas bagaimana TNI AU sekarang dan ke depan. Saya juga menyiapkan generasi penerus karena tidak selamanya jadi KSAU. Membangun TNI AU gampang-gampang susah. Gampangnya sedikit susahnya banyak.

Gampangnya, kita bisa melihat benchmark ada di mana-mana, negara adidaya dan negara tetangga, bagaimana mereka membangun. Tapi sulitnya banyak sekali, banyak faktor, dan itu jadi tantangan bagi kami insan TNI AU dalam membangun.

Semoga kedepan acara ini tetap berlanjut.

Saya memang tidak terlalu banyak bicara karena (beberapa isu akuisisi) masih di tataran domain di Kemhan. Namun bukan berarti kami berdiam diri. Saya dibantu staf menyiapkan dan menyiapkan diri, tentunya semuanya mengikuti arah kebijakan pimpinan.

Seperti apa sebenarnya Angkatan Udara yang akan kita bangun?

Pertama, kita selalu melihar Lingstra (Lingkungan Strategis) yang sedang berkembang seperti hotspot Laut China Selatan. Bagaimana kita membayangkan apa yang akan terjadi di sana. Dari situlah kita menarik kesimpulan, seperti apa yang kita siapkan dan antisipasinya.

Lalu kita ke depan akan memiliki Ibukota Negara (IKN) baru. Bagaimana TNI AU harus siap melindungi IKN, seperti apa dan alautsista apa yang kita butuhkan.

Memang ada renstra dan dinamika dari Bapak Menhan dalam pemilihan alutsista yang tepat. Tentunya sesuai ancaman dan Lingstra dan kemampuan anggaran pemerintah. Seperti pesawat peringatan dini, command control , pesawat tempur Rafale dan F-15EX Eagle

Nanti jadi IDN, pesawat angkut A400, C-130J, UAV, helikopter, dan sebagainya

Dapat kami sampaikan bahwa kami betul-betul mempelajari dan menyiapkan dengan hati-hati dan cermat. Karena hitungannya pembelian alutsista tidak digunakan dalam waktu 3-5 tahun tapi sampai 40 tahun ke depan. ( Penjelasan KSAU tentu merujuk kepada keterangan Departemen Luar Negeri AS yang menyebutkan bahwa penjualan 36 jet tempur F-15EX diusulkan sekitar 9,5 miliar dolar AS untuk pesawat dan 4,4 miliar dolar untuk peralatan terkait. Total rekreasi sementara nilai penjualan ini setara Rp 200 ,84 triliun dengan asumsi kurs Rp14.345.Untuk memahami isu-isu seperti ini, dalam kesempatan terpisah, Marsekal Fadjar mengatakan kepada mylesat.com untuk melihatnya dalam konteks waktu ke depan.Bahwa harga yang kita bayar itu adalah untuk 40 tahun kedepan .Kita perlu cara pandang dan pengetahuan yang sama saat berbicara tentang angkatan udara ).

Tentunya ini membutuhkan perencanaan yang cermat dari generasi ke generasi, dan dilanjutkan. Oleh karena itu sejak awal dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada, saya (menyiapkannya) bersama rekan-rekan di Mabes. Kita membutuhkan juga masukan dari pecinta kedirgantaraan.

Sekarang mudah mendapatkan data dari sumber terbuka. Saya memohon kepada rekan-rekan pecinta kedirgantaraan untuk dapat mengedukasi sekelilingnya bahwa seperti apa sebenarnya angkatan udara itu.

Kadang orang awam bilang, kenapa harus begini-begitu. Kenapa harus membuat (pesawat), kenapa tidak beli saja murah dan langsung jadi. Tentu ada masalah di balik itu.

Seperti tadi saya sampaikan bahwa kami berencana membangun kekuatan TNI AU dengan cermat dan hati-hati. Saya membuka pintu untuk saran dan masukan dari seluruh rekan-rekan.

Tagline TNI AU “Disegani di Kawasan”, kenapa? Memang tidak ada negara yang ingin perang, tapi kita harus siap. Tolok ukur apa yang kita siap? Dengan adanya hal tersebut, semua bisa melihat anggaran kita, kesiapan pesawat kita. Tapi bukan terus kita tidak punya cara untuk membangun.

Kerja sama internasional adalah salah satu upaya kami dalam membangun TNI AU. Di situ terlihat tolok ukur bagaimana TNI AU sudah dibangun atau sedang dibangun. ( Sebagai KSAU, Fadjar memutuskan untuk tetap melaksanakan latihan Cope West 2021 dalam suasana panik Covid-19. Keputusan ini mendapat acungan jempol dari pihak USAF namun cukup mengagetkan negara tetangga yang justru menghentikan Latma. Fadjar juga aktif menjalin hubungan bilateral dengan AU negara ASEAN dan Australia Terakhir, Fadjar menerima medali Legion of Merit yang prestisius dari Pemerintah AS ).

Pengiriman personel untuk mengikuti pendidikan dilakukan di semua lini. Dari tingkat taktis hingga strategi, maupun akademisi sampai pada tingkat yang tinggi doktoral dan sebagainya.

Kami juga menyiapkan Angkatan Udara untuk dapat beroperasi atau melaksanakan operasi atau latihan bersama negara tetangga. Mampu dalam arti kita punya prosedur yang standar, melaksanakan taktik yang sama dengan mereka dan mampu melaksanakan operasi bersama. ( Untuk hal ini, KSAU memuji peningkatan kemampuan para penerbang dalam melaksanakan operasi atau latihan bersama negara lain. Menurut Fadjar, penerbang TNI AU sudah satu bahasa dengan mereka. Ditambahkannya, kemampuan ini tidaklah mudah diraih dan sudah dibuktikan para penerbang TNI AU dalam latihan Pitch Black Kedepannya, Fadjar berharap TNI AU juga terlibat dalam pengiriman dan FWIC).

Saya tidak lagi mengirim adik-adik saya latihan bersama (Latma dengan negara sahabat) untuk belajar, tetapi akan memperdalam ( Fadjar menganggap bahwa kemampuan para penerbang tempur TNI AU sudah setara dengan negara sahabat ). Belajar adalah tanggung jawab kita di dalam negeri, tetapi memperdalam adalah kesempatan saat mereka ke luar negeri atau latihan bersama dengan negara tetangga.

Itulah sekilas bagaimana TNI AU sekarang dan ke depan. Saya juga menyiapkan generasi penerus karena tidak selamanya jadi KSAU. Membangun TNI AU gampang-gampang susah. Gampangnya sedikit susahnya banyak.

Gampangnya, kita bisa melihat patokan ada di mana-mana, negara adidaya dan negara tetangga, bagaimana mereka membangun. Tapi sulitnya banyak sekali, banyak faktor, dan itu jadi tantangan bagi kami insan TNI AU dalam membangun kerjasama Nasional dan Internasional.(Adi Kurnia)