Ngawi, Ramah Publik. com-Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ngawi Bonadi, A.KS MM melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Ngawi Wachidah Suryandani Kewaspadaan Dini terhadap LSD (Lumpy Skin Disease)
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ngawi Bonadi, A.KS MM didampingi Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Ngawi Wachidah Suryandani menerangkan, ”
Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV), dengan tanda klinis berupa nodul berukuran 1 – 7 cm pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan kulit permanen. Munculnya nodul biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40°C .
III Baca juga
Asistensi E-Turjawali Ditlantas Polda Jatim ke Polres Ngawi
Pasca Bom Bunuh Diri di Bandung, Polres Magetan Perketat Keamanan
Bonadi, A.KS.MM Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ngawi
Tanda klinis lainnya yaitu lemah, penurunan nafsu makan, leleran pada hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Hewan yang dapat tertular adalah sapi dan kerbau, dengan tingkat mortalitas (angka kematian) mencapai 12%, dan morbiditas (angka kesakitan/penularan) mencapai 35 – 40%.
LSD juga dapat menyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan, belum ada laporan terkait kejadian LSD pada ruminansia lain seperti kambing dan domba, dan tidak termasuk penyakit zoonosis.
LSD (Lumpy Skin Disease) Pada Sapi
Penularan LSD dapat terjadi dengan cara, Secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, virus LSD diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu serta intrauterine, Secara tidak langsung penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang dan jarum suntik.” Terangnya.
Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk, lalat dan caplak.
Diagnosis banding LSD adalah gigitan serangga, demodecosis, rinderpest, ringworm, dermatophilosis, urtikaria, infestasi hypoderma bovis, bovine papular stomatitis, cutaneous tuberculosis, dan onchocercosis.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Ngawi Wachidah Suryandani menambahkan,”
Tindakan kewaspadaan dini yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1.Melakukan profiling (pedagang, penjual dan pengepul ternak sapi dan kerbau serta pasar hewan) yang memperdagangkan sapi dan kerbau dari wilayah tertular LSD untuk selanjutnya dibuat pemetaan dan mitigasi risiko lalu lintas ternak sapi dan kerbau dan produknya.
2.Melakukan pengamatan gejala klinis pada saat pelaksanaan vaksinasi PMK sebagai bentuk deteksi dini LSD.
3.Melaporkan setiap penemuan kasus dengan tanda klinis LSD melalui iSIKHNAS selanjutnya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
4.Menerapkan biosecurity kandang dan lingkungan dengan tindakan desinfeksi lingkungan dengan desinfektan serta melakukan kontrol vector nyamuk, lalat dan caplak.
5.Meningkatkan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), kepada pemilik, penggembala, pedagang, penjual dan pengepul ternak sapi dan kerbau dengan populasi ternak tinggi tentang bahaya dan kerugian akibat LSD, penerapan biosecurity, kontrol vektor, pelarangan membeli sapi dan kerbau dari wilayah yang sedang ada kasus LSD.
Pada saat ini ternak rentan terhadap LSD (sapi dan kerbau) di Kabupaten Ngawi belum ada yang terdeteksi adanya gejala klinis LSD, namun diharapkan semua Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, pedagang ternak, maupun peternak harus meningkatkan kewaspadaan terhadap LSD karena LSD sudah ditemukan di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah (Tegal, Kendal, Semarang).
Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD. Pengobatan untuk LSD bersifat symptomatik untuk mengobati gejala klinis yang muncul dan suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak terinfeksi.
Pencegahan secara spesifik dilakukan dengan vaksinasi. Sebagian besar vaksin LSD adalah live attenuated, namun juga tersedia dalam bentuk inaktif. Meskipun masih bebas LSD , Jawa Timur telah melakukan vaksinasi LSD tetapi Kabupaten Ngawi belum mendapat alokasi . Kewaspadaan terhadap penyakit LSD di Indonesia perlu ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit, memperketat pemeriksaan lalu lintas hewan, dan meningkatkan kapasitas pengujian dan diagnosis penyakit LSD. “Pungkas Kabid Keswan Disperinak Wachidah Suryandani.(kurnia/Adv)